Mantan Kabareskrim Komjen Susno Duadji meyakini, buku Bukan Testimoni Susno (BTS) karya Izharry Agusjaya Moenzir berdampak baik untuk Polri. Perilaku buruk sejumlah pimpinan tinggi di Markas Besar Polri tidak akan ditiru para polisi di bawahnya. Hal ini justru akan menyadarkan pimpinan dan anggota Polri yang selama ini berbuat buruk menjadi insyaf.
Susno menyatakan hal tersebut saat acara bedah buku BTS di Toko Buku Gramedia di Plasa Ekalosari di Sukasari, Bogor Timur, Kota Bogor, Kamis (25/2/2010) sore. Buku terbitan PT Gramedia Pustaka Utama tersebut antara lain menelanjangi sejumlah jenderal di Polri yang berperilaku tidak terhormat dan tidak terpuji.
Susno berpendapat, buku ini tidak akan membuat makin banyak polisi melakukan pelanggaran karena mereka merasa mendapat pembenaran akibat perilaku buruk para pimpinannya di Markas Besar Polri. "(Buku) Ini harusnya membuat... selama ini sudah melanggar akan insyaf," katanya.
Izharry pada bukunya itu dengan gamblang mengungkap penuturan Susno antara lain tentang lima kebohongan yang dilakukan Kepala Polri Jenderal (Pol) Bambang Hendarso Danuri di depan Rapat Dengar Pendapat Komisi III DPR-RI. "Heran saya, kok dia berani berbohong di depan DPR RI yang merupakan representasi 250 juta jiwa penduduk Indonesia," kata Susno seraya geleng kepala, sebagaimana dikutip Izharry pada bukunya.
Lima kebohongan itu adalah tentang pengunduran diri Susno sebagai Kepala Bareskim, janji dan pernyataan Bambang Hendarso Danuri akan mundur dari jabatannya sebagai Kepala Polri kalau kasus Bibit dan Chandara tidak sampai ke pengadilan, menyangkut nama Nurcholish Majid, serta soal mantan Menteri Kehutanan MS Kaban.
Di buku ini juga dipaparkan mengenai kebodohan atau sikap koruptif pimpinan Polri dalam membuat rencana penggunaan anggaran Polri. Demikian juga dengan ketidakkonsistenan para pimpinan Polri dalam menerapkan kebijakan atau aturan di tubuh Polri dan anggotanya.
Diungkap pula ada satu orang yang bukan anggota Polri mempunyai ruang kerja tersendiri dan mampu mengatur jajaran pimpinan Polri. Izharry dalam bukunya tidak menyebut nama satu orang tersebut, tetapi mengatakan bahwa kalangan pers dan masyarakat luas sudah tahu siapa dan mengenai hal itu.
Susno sendiri hanya tertawa ketika diminta memastikan nama satu orang tersebut. "Janganlah menanyakan hal yang kita semua sudah tahu karena itu hanya buang-buang energi," katanya.
Namun, Susno tidak membatah, orang tersebut dapat memiliki kekuasaan demikian karena punya banyak uang. "Barangkali kalau saya juga mendapat uang dari dia, saya diam juga," katanya bergurau.
Jenderal bintang tiga yang kini mengaku makan gaji buta karena dibiarkan luntang-lantung oleh para petinggi Polri merasa optimistis bahwa reformasi di tubuh Polri dapat berjalan asalkan dimulai dari pimpinan tertinggi. "Para pimpinan Polri harus mereformasi diri sebagaimana keinginan publik sebab Polri milik rakyat Indonesia, bukan milik lima orang jenderal di Polri," katanya.[Kompas]
Post a Comment