Menurut rilis resmi dari beberapa pihak seperti Microsoft dan firma di bidang komputer, pengecekan akun Facebook dan Twitter merupakan bagian penting dalam seleksi pekerjaan. Sama halnya dengan riwayat hidup atau curiculum vitae (CV) dan wawancara.
Dalam sebuah survei yang melibatkan manajer sumber daya manusia dari 100 perusahaan terkemuka di Inggris, Amerika Serikat, Jerman dan Prancis ditemukan, sekitar 70 persen mengakui, pernah menolak lantaran perilaku online kandidat.
Sebaliknya, para manajer itu juga mengatakan, citra online yang kuat juga dapat membantu para pencari kerja memperoleh impiannya.
Peter Cullen dari Microsoft mengatakan, reputasi online bukan sesuatu yang perlu ditakuti. "Hal itu adalah sesuatu yang harus dikendalikan secara proaktif," ujarnya seperti dilansir dari Telegraph, Jumat (29/1).
"Saat ini, citra online tersebut sangat penting untuk dipelihara, ingin reputasi online macam apa yang ingin mereka tunjukkan kepada para penyedia pekerjaan," tuturnya.
Salah satu hal yang diperhatikan dari Facebook antara lain, foto tengah mabuk, bahasa yang kasar serta mengeluh tentang masalah pekerjaan.
Farhan Yasin dari jaringan rekrutmen pekerjaan online ternama dari Inggris, Careetbuilder.co.uk mengatakan, jejaring sosial adalah cara hebat untuk berhubungan dengan kesempatan kerja pada tahun 2010 dan mempromosikan pribadi Anda di internet.
"Masyarakat harus benar-benar mengambil keuntungan dari penggunaan berbagai sumber, dengan menggambarkan citra profesional," ujarnya.
Namun, Farhan memperingatkan para pencari kerja terhadap cintra online mereka, bahkan setelah memperoleh pekerjaan impiannya.
Penelitian yang dilakukan pihaknya mengungkap, 28 persen perusahaan memecat pekerjanya karena hal yang mereka temukan pada jejaring sosialnya.
"Semakin besar perusahaan yang bereasi terhadap para pekerjanya yang menulis komentar negatif terhadap perusahaan atau pekerja lain dalam halaman jejaring sosial mereka," tuturnya
Post a Comment