Dalam jumpa pers yang digelar di Ruang Leimena kantor Kementerian Kesehatan, Kamis (14/6/2012) kemarin, Menkes memang masih belum dapat mengemukakan program-program kerja seperti apa yang akan dilaksanakan secara konkrit.
Menkes mengaku tantangannya adalah wilayah Indonesia yang sangat luas dan memiliki masalah kesehatan yang berbeda-beda.
“Untuk pastinya, silakan tanya saya lagi satu bulan dari sekarang,” demikian kata Menkes.
Disinggung mengenai permasalahan HIV/AIDS yang telah menjadi isu yang akrab ditangani selama beberapa tahun terakhir, Menkes yang sebelumnya menjabat sebagai Sekretaris Eksekutif Komite Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional ini berharap dapat melakukan gebrakan. Yaitu mengusulkan agar remaja dipermudah aksesnya untuk mendapat kondom.
“Kita berharap bisa meningkatkan kesadaran mengenai kesehatan reproduksi untuk remaja. Dalam Undang-Undang, yang belum menikah tidak boleh diberi kontrasepsi. Namun kami menganlisis data dan itu ternyata berbahaya jika tidak melihat kenyataan. Sebanyak 2,3 juta remaja melakukan aborsi setiap tahunnya menurut data dari BKKBN,” kata Menkes.
Menkes melihat, angka sebanyak itu menunjukkan bahwa banyak remaja mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Ia menegaskan, Undang-Undang perlindungan anak menyatakan bahwa setiap anak yang dikandung sampai dilahirkan harus diberikan haknya sesuai UU Perlindungan Anak. Maka, mempermudah akses remaja untuk mendapatkan kondom diharapkan dapat menekan angka aborsi dan kehamilan yang tak diinginkan.
Tentu saja hal ini mungkin akan mendapat pertentangan dari kelompok-kelompok tertentu yang menganggap pemberian kondom kepada remaja dapat memicu seks bebas. Tapi Menkes berpendapat, jika pemahaman remaja mengenai kesehatan reproduksi sudah cukup baik, tidak perlu ada kekhawatiran idenya ini akan memicu seks bebas.
“Kita akan membahas bagaimana hak-hak anak dalam kandungan ini dapat terpenuhi. Kampanye kondom difokuskan untuk seks yang berisiko. Untuk mempercepat pencapaian goal MDGs, maka kampanye kondom merupakan suatu kewajiban. Setiap hubungan seks yang berisiko menularkan penyakit atau kehamilan yang tak diinginkan adalah hubungan seks yang berisiko,” tegas Menkes
Tanggapan Wakil Ketua DPR
Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso menilai kebijakan Menkes Nafsiah Mboi mensosialisasikan kondom untuk remaja terlalu maju. Kebijakan semacam ini sulit diterima rakyat Indonesia.
"Memang pandangan yang terlalu maju dari Menkes kita yang baru sehingga bisa menimbulkan berbagai tafsir mengenai masalah itu. Karena di satu sisi kalau keluhan itu tidak tepat dan seolah-olah melegalkan pergaulan bebas. Kondomisasi ini tidak cocok diterapkan di Indonesia,"kata Priyo kepada detikcom, Sabtu (23/6/2012).
Karena itu Priyo mendorong Komisi IX DPR lekas melakukan klarifikasi. Agar bisa memberikan masukan sebelum kebijakan ini sepenuhnya dilaksanakan.
"Karena itu kita mendorong Komisi IX DPR untuk meminta penjelasan Menkes mengenai masalah ini. Saya mendukung dan mendorong Komisi IX DPR segera meminta penjelasan Menkes supaya ini tidak menjadi masalah berkepanjangan,"imbaunya.
Tanggapan Ketua MUI
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), AmidhanProtes serupa juga disampaikan oleh Ketua MUI, Amidhan. Ia mengatakan, pihak MUI berencana untuk menyampaikan surat protes kepada presiden.
MUI memang sudah menerima banyak telpon dan SMS dari masyarakat terkait dengan adanya rencana kebijakan membagikan kondom kepada remahja. Untuk itu kami sangat keberatan dan berniat untuk menyampaikan protes kepada presiden,'' katanya.
Dari sisi manfaat, Amidhan mengatakan, kebijakan penggunaan kondom untuk antisipasi penyebaran virus HIV/Aids tidak bisa dijadikan upaya yang dapat diandalkan. Sebagai alat kontrasepsi saja, kata dia, masih belum sepenuhnya berhasil.
''Jadi kalau saya melihat lebih besar mudhorotnya kalau menyarankan generasi remaja untuk menggunakan kondom. Karena hal itu sama juga mendorong mereka untuk nge-seks,'' tandasnya.
Amidhan juga menyampaikan beberapa waktu lalu pihaknya juga sempat melayangkan sikap protes terhadap adanya kebijakan penyelenggara Asian Games untuk membagikan kondom di hotel. Protes itu ternyata mendapat respons sehingga tidak diberlakukan.
Tanggapan Ketua Forum Silahturahim Ta'Mir Masjid dan Mushola Indonesia
Ketua Forum Silahturahim Ta'Mir Masjid dan Mushola Indonesia (Fahmi Tamami), Rhoma Irama, menilai kebijakan tersebut sama saja mendorong munculnya seks bebas di kalangan remaja. Sementara pihak Majelis Ulama Indonesia (MUI) berencana melayangkan surat protes kepada presiden terkait kebijakan dari menkes ini.
''Kami menyesalkan sikap dari menkes yang punya program kepada para remaja 14-24 tahun untuk menggunakan kondom. Ini sama saja dengan mendorong seks bebas yang notabene melanggar norma agama dan kesusilaan,'' kata Rhoma di Jakarta, Selasa (19/6).
Dengan tegas Rhoma mengatakan, jika hal semacam ini terus disosialisasikan maka ancaman yang muncul akan jauh lebih besar dari pada ancaman HIV/Aids itu sendiri. Raja Dangdut ini juga mendesak agar menkes menarik kebijakannya serta menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh umat beragama.
''Kalau Nafsiah Mboi tidak menarik rencananya tentu akan ada reaksi keras dari ormas Islam,'' ancam Rhoma.
Rhoma melihat kebijakan yang disampaikan oleh Nafsiah Mboi ini lebih mencerminkan tindakan pribadi. Ia juga enggan untuk berspekulasi lebih jauh jika motivasi kampanye ini terkait dengan faktor ekonomi.
''Saya melihat ini lebih kepada upaya penistaan dan perusakan moral generasi muda kita,'' ujar pria yang juga menjabat sebagai ketua Forum Gerakan Rakyat Anti Pornografi dan Pornoaksi (Forgapp) ini.
Tanggapan etua Umum Pusat Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT)
Ketua Umum Pusat Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Tuti Alawiyah mengaku sangat kecewa dengan adanya rencana Kementerian Kesehatan membagi-bagikan kondom kepada remaja atau kelompok seks berisiko menularkan penyakit atau berisiko memicu kehamilan yang tidak direncanakan.
"Saya sangat kecewa. Menurut saya itu rencana yang tidak akan didukung oleh agama mana pun karena bisa menimbulkan penafsiran mendorong seks di luar nikah," kata Tuti Alawiyah yang juga mantan Menteri Negara Urusan Peningkatan Peran Wanita.
Tuty Alawiyah menjelaskan, cara yang lebih efektif yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk memberantas HIV/AIDS adalah dengan menyosialisasikan bahaya penyakit tersebut kepada seluruh masyarakat pada umumnya dan para remaja pada khususnya dan bukannya dengan membagi-bagikan kondom.
"Jauhkan penyakit tersebut dengan cara preventif dengan meningkatkan moral bangsa dan karakter generasi muda bukan dengan cara membagikan kondom," katanya.
Dia juga menjelaskan, guru, pemerintah, media massa dan semua pihak harus ikut memerangi penyakit tersebut dengan melakukan sosialisasi bahaya HIV/AIDS juga meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan reproduksi.
"Banyak cara yang bisa digunakan untuk mencegah dan memberantas HIV, cara yang lebih positif dan tidak kebarat-baratan. Yang penting bukan dengan cara membagikan kondom," katanya.
Dia juga menambahkan, pada saat ini arus globalisasi tengah gencar memasuki kehidupan bangsa dan mengancam karakter generasi muda.
"Globalisasi bisa berdampak positif dan negatif, tapi masyarakat jangan lengah dan harus bisa menyaringnya sehingga arus globalisasi tidak menimbulkan dampak negatif," katanya. Dia menyebutkan jejaring sosial, sinetron, internet dan masih banyak lagi hal lainnya bisa menjadi media untuk "mempertontonkan" mengenai konten dewasa.
Hal itu bisa mengakibatkan para remaja ingin mencoba seks bebas dan akhirnya menimbulkan dampak yang panjang. "Jadi yang paling penting adalah memperkuat moral dan karakter bangsa, bukannya dengan membagikan kondom," katanya tegas.
Penjelasan Menkes dr. Nafsiah Mboi, DSpA, MPH
Untuk menjawab pertanyaan banyak orang terutama di SMS dan internet, Menkes pun memberikan penjelasannya melalui situs terkenal Youtube berdurasi 5.14 menit yang diunggah pada pukul 19 Juni 2012.
Berikut adalah penjelasan lengkap Menteri Kesehatan, dr. Nafsiah Mboi, DSpA, MPH seperti dikutip detikHealth Rabu (20/6/2012):
“Sejak tadi malam, saya banyak di SMS, di twitter dan sebagainya, mencela bahwa Menteri Kesehatan akan membagi-bagi kondom secara gratis di SMA. Ini sama sekali tidak benar.
Yang saya tekankan adalah, pertama, bahwa penggunaan kondom pada seks berisiko merupakan indikator MDGs. Salah satu indikator MDGs ke-6. Seks berisiko adalah setiap hubungan seks yang berisiko berakibat penularan penyakit kelamin termasuk HIV AIDS, gonore, sipilis, dan sebagainya maupun berisiko kehamilan yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan.
Dalam kenyataan di masyarakat, sekarang seks berisiko terjadi di semua umur, termasuk pada remaja. Kita tahu misalnya dari laporan BKKBN bahwa ada sekitar 2 jutaan aborsi tiap tahun. Itu berarti terjadi hubungan seks berisiko dimana hak setiap bayi untuk hidup disayangi itu tidak terpenuhi.
Begitu juga penularan penyakit, kita melihat HIV AIDS makin meningkat, penyakit kelamin makin meningkat. Oleh karena apa, karena meningkatnya seks berisiko misalnya dipicu oleh pendidikan agamanya mungkin tidak cukup kuat, imannya tidak cukup kuat, adanya VCD porno dimana-mana, adanya ATS (stimulans) untuk meningkatkan kegairahan seks.
Saudara-saudara, kita harus hentikan. Saya justru sangat berterimakasih kepada orang-orang, masyarakat, yang merisaukan hal ini. Kita tidak akan membagi-bagikan kondom gratis pada masyarakat umum. Tetapi kalau kita ketahui sekelompok masyarakat sudah melakukan hubungan seks berisiko maka pertama pendidikan terhadap mereka itu perlu ditingkatkan. Ya pendidikan agama, pendidikan kesehatan reproduksi, pendidikan bagaimana melindungi tubuhnya sendiri, menghormati kehidupan itulah yang paling penting sebenarnya.
Kedua bisa diberikan konseling perubahan perilaku, supaya ia segera menghentikan itu perilaku seks berisiko. Namun, kalau seseorang tetap melakukan hubungan seks berisiko, yang bisa kita lakukan adalah menghimbau supaya menggunakan kondom untuk mengurangi dampak buruk dari hubungan seks berisiko ini. Ini juga sangat penting. Anjuran ini pun sama sekali tidak diikuti, dengan akibat, memang kehamilan yang tidak dikehendaki atau kehamilan yang tidak direncanakan makin meningkat dan HIV Aids dan penyakit kelamin makin meningkat.
Saya mengajak seluruh masyarakat, pertama, agar anak-anak muda kita betul kokoh imannya. Saya punya cucu dua yang di SMA, saya juga ingin melihat mereka sehat sampai tua sampai dewasa. Mari sama-sama kita melindungi remaja kita, supaya mereka punya iman yang kuat, tidak goyah karena VCD porno, tidak goyah karena adanya narkotika, tidak goyah oleh karena pergaulan bebas. Tetapi betul kokoh untuk menjauhi seks berisiko. Namun mereka yang sudah melakukan seks berisiko kita harap mereka merubah perilaku sehingga dengan demikian tidak lagi berperilaku demikian.
Kondom. Ibu, Bapak, Saudara-saudara sekalian hanyalah saat terakhir untuk mengurangi dampak buruk dari seks berisiko tersebut. Terimakasih atas segala perhatian, terimakasih atas gerakan kita bersama untuk melindungi generasi muda kita. Baik dari penyakit maupun dari kehamilan yang tidak direncanakan. Terimakasih“.
Post a Comment