Pengelolaan makam mantan Presiden Soeharto di Astana Giribangun yang terletak di Kecamatan Matesih, Karanganyar diperebutkan oleh Pemerintah Kabupaten Karanganyar dengan Yayasan Ibu Tien Soeharto selaku pengelola makam Astana Giribangun. Hingga saat ini belum ada kesepakatan antara dua pihak tersebut.Kepala Bidang Promosi dan Pemasaran Dinas Pariwasata dan Kebudayaan Kabupateng Karanganyar, Yuli Astuti mengatakan, keberadaan makam Astana Giribangun hendaknya memberikan kontribusi pendapatan daerah. Seperti halnya makam mantan Presiden Soekarno di Blitar.
"Meskipun makam itu milik yayasan akan tetapi akses jalan menuju makam adalah milik pemda. Jadi, seharusnya daerah dilibatkan dalam pengelolaan untuk menarik retribusi bagi kontribusi daerah," kata dia kepada VIVAnews di Karanganyar, 14 Januari 2010.
Pihak pemda, lanjut Yuli, sudah melakukan lobi-lobi dengan pihak pengelola makam Astana Giribangun agar ditarik retribusi objek wisata. "Nyuwun tulung (minta tolong) agar makam Astana Giribangun juga ditarik retribusi seperti makam Bung Karno agar pengunjungnya bertambah banyak dan memberikan kontribusi kepada pemda. Kan sama-sama mantan presiden. Tetapi pihak yayasan tetap kekeuh dengan pendiriannya, tidak boleh ditarik retribusi karena bukan wisata umum," jelas Yuli Astuti.
Yuli menambahkan yayasan tersebut tak ada hubungannya dengan pihak Cendana. Oleh sebab itu pihak Cendana tidak punya hak. Yang berhak adalah pengurus Yayasan Ibu Tien Soeharto. Dan kebetulan putra-putra mantan presiden Soeharto termasuk dalam kepengurusan tersebut. "Karena memang yayasan tersebut miliknya Ibu Tien," tutur Yuli Astuti.
Terpisah, juru kunci makam Astana Giribangun, Sukirno enggan berkomentar mengenai tarik ulur pengelolaan. Sukirno menjelaskan, sampai saat ini semua pengelolaan masih ditangani oleh Yayasan Ibu Tien Soeharto. "Mohon maaf, kami tidak bisa menjawab. Tetapi sampai saat ini semua pengelolaannya masiha ada di Kalitan atau Yayasan Ibu Tien,"[vvn]
Post a Comment