Namaku Muhammad Pendi Leong, lahir 10 November 1972. Aku dilahirkan di keluarga Tionghoa beragama Budha. Sejak kecil aku hidup dalam keluarga yang memiliki harta yang berkecukupan. Orang tuaku pemilik sebuah Supermaket ternama di kota Medan yakni, Macan Yohan Supermaket. Karenanya mereka menyekolahkanku sejak kecil di Dunmand Schools Singapura.
Sejak aku SD, umur sepuluh tahun, aku selalu berpikir tentang tuhan dan mencari kebenaran adanya tuhan. Padahal saat itu aku masih kecil dan tidak mengerti tentang agama. Selalu saja timbul pertanyaan di hatiku; kenapa banyak agama padahal tuhan hanya satu? Kenapa manusia saling berselisih padahal tuhannya sama? Saat itulah aku hidup dengan tanda tanya.
Singkat cerita, dalam perjalanan studiku di negeri tetangga, aku selalu mencari kebenaran tentang tuhan. Hingga aku terkadang lupa akan studiku. Selama 15 tahun aku mencari kebenaran agama Kristiani dan Hindu di sana. Aku belajar secara ilmiah dan bertanya langsung dengan tokoh agama (pendeta).
Herannya, selama itu pula belum terbisikkan sedikitpun tentang Islam. Aku pun terus penasaran. Perjalanan mencari kebenaran tuhan itupun kulakukan hingga di Stafushire Inggris, tempatku kuliah.
Mengenal Islam
Tahun 1995 aku kembali ke Medan. Aku melanjutkan bisnis orangtuaku sebagai direktur supermarket milik orang tuaku. Sampai tahun 1998 usahaku maju dan berkembang hingga aku memiliki banyak tempat hiburan malam (diskotik, cafe dan restoran) di Jl Thamrin Medan ketika itu. Puluhan juta rupiah pun kuhasilkan setiap malam.
Aku mulai mengenal Islam, ketika sehari sebelum Rama-dhan tahun 1998, saat aku hendak pulang ke rumah di kompek Pondok Asri Medan dari Planet Cafe tempat usahaku. Sepeti biasa, aku mendengarkan radio untuk menghilangkan kepenatan di mobilku. Saat aku pencet powernya, langsung terdengar kumandang adzan. Sontak aku heran atas apa yang terjadi di badanku. Pasalnya, badanku kontan merinding gak karuan ketika mendengarnya. Ini kejadian aneh, menurutku.
Tak lama kemudian, melalui kaca samping mobilku, aku melihat banyak umat Islam yang berbondong -bondong menuju mesjid. Sejak itulah, aku tahu kalau adzan adalah panggilan shalat untuk orang Islam.
Setelah kejadian itu, setiap menjelang magrib dan terdengar suara adzan selalu saja badanku meriang. Hati ini seakan ada yang mengajarkan sesuatu tentang kebenaran. Keanehan lain, ketika ada yang datang bertamu selalu saja aku ceramahi, dan tidak lagi selalu bercerita tentang bisnis. Begitu selanjutnya hingga berakhir Ramadhan tahun itu.
Kejadian aneh pada suatu hari aku bermimpi. Dalam mimpi, aku bertemu dengan dua orang berjubah putih mengetuk pintu kamar. Setelah itu, mereka masuk ke kamar kemudian aku keluar dengan jubah hitam bersama mereka. Kejadian itu seakan sangat nyata sekali.
Tiga hari kemudian, kejadian aneh juga terjadi ba'da magrib saat aku pulang dari kantor. Ketika itu, aku duduk istirahat bersantai di salah satu ruangan di rumahku. Di ruang kosong sebelah ruangan di mana aku duduk terdapat sebuah cermin hias di atas meja. Saat itu cermin tersebut jatuh, sontak aku kaget karena mendengar suara cermin pecah. Padahal cermin itu di atas meja, padahal dilihat dari posisinya, tidak mungkin cermin itu jatuh- kalau tidak dihembus angin yang kencang. Tapi karena sudah jatuh dan pecah akupun bergegas untuk membersihkan serpihan cermin tersebut. Tidak kuhiraukan lagi apa penyebab jatuhnya.
Namun saat aku bersihkan bekas pecahan cermin, tepat bagian belakang penyokongnya ada satu tulisan yang aku ketahui sebelumnya tulisan Arab. Karena tidak mengerti apa bacaannya, kemudian kupanggillah pembantuku. Dan kutanya, tulisan apa itu? Ia menjawab, ''Itu tulisan Allah tuhan kami''. Kemudian badanku bergetar ini dan merasa tidak enak. Sontak aku seakan diajak kembali mengingat secara cepat dan rinci tentang masa kecilku ketika aku bertanya tentang tuhan.
Kemudian, aku hubungi teman dekatku, Mas Sukri ketika itu sebagai Danramil Bukit Tinggi dan aku banyak bercerita dengan dia tentang kejadian kejadian aneh yang aku alami. Keeseokan harinya, ia langsung mengajakku ke Mesjid Al Manar, Jl Amanliun, dan di sanalah aku bersyahadat dan disaksikan oleh Mas Sukri.
Tantangan Bisnis Dan Keluarga
Awalnya, orang tuaku belum tahu kalau aku sudah masuk Islam. memang aku juga tidak memberi tahu mereka. Namun mereka sudah mendengar dari orang lain.
Suatu saat mereka mengajakku untuk makan di salah satu rumah makan yang menyediakan makanan yang haram bagi umat Islam. Saat ditawari makanan haramitu, aku menolak. Langsung mereka bertanya, ”Apakah kamu sudah masuk Islam?” Langsung kujawab, ”Ya.” Orang tuaku langsung memberikan iming- iming agar aku kembali ke agama Budha. Sampai-sampai akhirnya mereka mengancam untuk menarik semua asetnya di Supermaket yang kukelola. Akhirnya mereka memang mengambil semua aset dan menyerahkan posisiku kepada adikku. Tidak hanya itu, mereka juga tidak menganggapku sebagai anaknya.
Tinggal sebuah rumah yang kupunya. Sejak itu, dua tahun aku tidak pernah keluar rumah. Di samping karena masih merasa 'malu' karena awalnya berkehidupan cukup selanjutnya tidak lagi, juga karena sejak itu tidak ada usaha yang bisa kulakukan.
Dalam dua tahun itu aku belajar dengan Pak Nur tentang Islam. Mulai dari belajar membaca Alquran hingga belajar banyak tentang Islam sebagai sebuah ideologi. Selama itulah juga di tahun 2003 aku membuka les bahasa Inggris dan belajar Alquran di rumah untuk menambah biaya hidup.
Meski tak dianggap anak lagi, aku tetap berusaha mengunjungi orang tuaku. Suatu saat di tahun 2004, akhirnya mereka menerimaku kembali.
Saat itulah aku mulai membuka supermaket Macan Syariah (di ambil dari nama Macan Yohan) yang berbasis Islam. Tantangan pun belum berhenti. Tidak gampang mengembangkan bisnis seperti ini. Dengan loby dan komitmen bahwa, 'halal itu barakah' akhirnya aku dapat membuka supermaket berbasis syariah dengan nama yang baru yakni Madinah Syariah yang hingga kini menjadi satu satunya supermarket berbasis Islam. Insyaallah.[] sumer dani umbara lubis kontributor medan, olahan wawancara/www.mediaumat.com
Post a Comment