Sejumlah ruangan di dalam gedung perkantoran, yang berada di dalam kompleks rutan tersebut, seharusnya gedung untuk perkantoran petugas rutan, disulap menjadi ruang pribadi mewah yang dipakai beberapa narapidana semacam terpidana kasus suap Arthalyta Suryani dan terpidana seumur hidup kasus narkoba, Limarita.
”Tadinya saya cuma dengar kabar ada fasilitas mewah diberikan kepada narapidana tertentu, tapi baru sekarang saya lihat sendiri. Ternyata jauh lebih luar biasa. Tadi kami lihat sama-sama, ruangan Limarita malah punya ruang karaoke khusus yang begitu mewah,” ujar anggota satgas, Yunus Husein, tertawa.
Yunus bersama dua anggota satgas lain, Denny Indrayana dan Mas Ahmad Santosa, mendatangi satu per satu ruangan mewah itu dan mengajak keduanya bicara. Ruangan mewah milik Arthalyta berada di lantai tiga gedung dan mendapat giliran pertama yang mereka kunjungi. Saat para anggota satgas dan wartawan tiba, Arthalyta tengah menjalani perawatan wajah dari seorang dokter spesialis dengan peralatan khusus di dalam ruangan itu.
Sementara itu, ruang Limarita berada di lantai dua. Dalam pengamatan Kompas, orang luar dipastikan tidak akan menyangka bahwa ruangan di gedung perkantoran tersebut ”dialihfungsikan” menjadi ruang tahanan mewah, yang fasilitasnya setara hotel bintang lima. Hal itu karena bangunannya sebetulnya berfungsi sebagai gedung perkantoran dan letaknya terpisah dari bangunan blok-blok sel yang ada di rutan tersebut.
Total blok sel yang ada berjumlah lima blok, yang diisi berdesak-desakan oleh sedikitnya 1.172 narapidana.
Fasilitas mewah yang ada di setiap ruangan keduanya adalah alat penyejuk ruangan, pesawat televisi layar datar merek terkenal, perlengkapan tata suara dan home theatre, lemari pendingin dan dispenser, serta telepon genggam merek Blackberry.
Di ruang Limarita terdapat ruang khusus untuk karaoke. Dua ruangannya dilengkapi seperangkat furnitur mewah dari kulit dan tempat tidur. Di kamar Arthalyta terdapat beberapa macam permainan anak-anak dan tempat tidur bayi dan dewasa.
Limarita mengakui semua fasilitas barang mewah yang ada di ruangannya dibelinya sendiri dan kemudian diserahkan sebagai milik Darma Wanita rutan tersebut.
Saat akan memasuki gedung rumah tahanan, para anggota satuan tugas dan sejumlah wartawan yang ikut sempat nyaris bersitegang dengan sejumlah petugas rumah tahananDi atas tempat tidur terpampang lemari gantung yang berisi AC. Ada juga alat kebugaran dan meja rias di ruangan Arthalita. Kamar mandinya juga terbilang mewah dengan toilet duduk dan terletak di dalam kamar.
Rumah Tahanan Pondok Bambu membantah adanya perlakuan khusus dan fasilitas mewah yang diberikan kepada sejumlah tahanan.
"Tidak ada (permintaan khusus). Perlakuan khusus itu juga tidak ada karena ada bon-bonnya. Anda bisa lihat bon-bon sebelumnya," ujar Kepala Rumah Tahanan Negara Pondok Bambu Sarju Wibowo, di Jakarta, Senin (11/1/2010).
Ia mengakui, memang kerap ada permintaan khusus dari para tahanan. Namun, permintaan tersebut hanya terkait masalah keamanan. "Paling kalau ada yang ribut dan ada musuhnya. Itu kan lain. Itu masalah keamanan," cetusnya.
Dia menegaskan, total sebanyak 1.100 tahanan yang ada di Rutan Pondok Bambu mendapat perlakuan yang sama.
Sementara itu, tahanan kasus korupsi Darmawati Dareho juga membantah adanya fasilitas khusus yang diberikan kepada para tahanan. Dia juga membantah bahwa para tahanan yang ingin mendapatkan fasilitas mewah tersebut harus membayar sejumlah uang tertentu kepada pihak Rutan. "Tidak ada bayar-bayaran. Tidak ada AC, tidak ada apa-apa di sini," ujar Darmawati.
Dalam inspeksi mendadak yang dilakukan oleh Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum di Rutan Pondok Bambu, Jakarta Timur, Minggu (10/1/2010), terpidana kasus korupsi Arthalyta Suryani menempati kamar "istimewa" seluas 8 x 8 meter. Arthalyta tinggal sendiri di kamar yang dilengkapi fasilitas kulkas, televisi layar datar, dan penyejuk ruangan. Saat tim masuk ke kamarnya, ia sedang melakukan perawatan wajah.
Post a Comment