Konflik di tubuh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sudah menjadi seperti tradisi terutama ketika ada pergantian posisi ketua umum. Terakhir, konflik yang terjadi antara Muhaimin Iskandar dengan Abdurrahman Wahid. Namun,kini berkembang kabar bahwa konflik-konflik yang terjadi ternyata sudah diatur.
Demikian dikatakan Wasekjen PKB Yusuf Mujni kepada okezone di Jombang, Kamis 31 Desember malam. "Kalau dilihat runtutannya kan seperti itu. Gus Dur tak ingin ada kesan Cak Imin hanya menerima tahta," kata Yusuf.
Oleh sebab itu, Gus Dur secara politis habis-habisan melawan Muhaimin. Namun dalam keseharian hubungan paman dan keponakan itu begitu mesra.
"Saat ulang tahun Gus Dur meminta agar Cak Imin menuntunnya. Saat itu juga beliau mengisyaratkan akan memberikan estafet PKB ke Muhaimin," ungkap dia.
Namun beda alasannya ketika Gus Dur ditanya kenapa bukan Zannuba Arifah Chafsoh atau Yenny Wahid yang menjadi pucuk pimpinan partai berlambang bola dunia dan bintang sembilan tersebut.
"Yenny belum menikah. Itu salah satu alasan Gus Dur memilih Cak Imin untuk diuji sebagai penerusnya di PKB," terang Yusuf. Waktu itu Yenny belum menikah dengan Dohir Farisi.
Muhaimin Iskandar dan Gus Dur memang terlibat perseteruan politik usai Munas PKB di Ancol, Jakarta Utara. Bahkan, kubu Gus Dur sempat membuat munas PKB tandingan di wilayah Parung dengan ketua umum Ali Masykur Musa.
Tapi setelah disidang di MA, diputuskan bahwa PKB yang sah adalah versi Muhaimin Iskandar yang menggelar munas di Ancol.[okezone.com]
Muhaimin Iskandar mendapat Wasiat untuk Menjaga PKB?
Sesaat setelah Abdurrahman Wahid atau Gus Dur meninggal, Muhaimin Iskandar mengatakan, mendapat wasiat untuk menjaga Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Namun, pernyataan itu disanggah kubu Gus Dur.
"Nggak ada wasiat itu. Kalaupun ada wasiat, itu disampaikan ke orang-orang yang intensif menadampingi Gus Dur seperti anak, isteri atau menantunya," kata Wakil Sekjen PKB hasil muktamar Parung, Abdul Muis, kepada VIVAnews, Jumat 1 Januari 2010.
Menurut Muis, Gus Dur justru memberikan wasiat kepada putrinya, Yenny Wahid untuk konsisten memperjuangkan PKB dengan struktur kepemimpinan hasil muktamar Parung. Sementara Muhaimin merukapan ketua umum PKB hasil muktamar Ancol.
Secara rasional, kata Muis, Gus Dur tidak mungkin memberi wasiat kepada Muhaimin untuk mengamankan PKB. "Di depan publik saja, Muhaimin terang-terangan menentang Gus Dur, saya kita wasiat yang disampaikan Muhaimin itu manipulasi," ujarnya.
Sekitar dua tahun lalu, PKB pecah. Muncul dua struktur kepemimpinan yaitu hasil muktamar Ancol dan muktamar Parung. Muktamar Ancol menghasilkan Ketua Dewan Syuro KH Abdul Aziz, Ketua Dewan Tanfidz Muhaimin Iskandar dan Sekjen Lukman Edy. Sedangkan muktamar Parung menghasilkan Ketua Dewan Syuro KH Abdurrahman Wahid, Ketua Dewan Tanfidz Ali Masykur Musa, dan Sekjen Zanuba Arifah Chafsoh atau Yenny Wahid.
Sengketa partai itu kemudian berlanjut ke pengadilan. Di tingkat Mahkamah Agung, hakim memutuskan strktur PKB kembali pada hasil muktamar Semarang yang menempatkan Ketua Dewan Syuro KH Abdurrahman Wahid, Ketua Dewan Tanfidz Muhaimin Iskandar dan Sekjen Lukman Edy.
Yenny Wahid mendapat Wasiat agar menjaga PKB dan NU
Sebelum meninggal, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur meninggalkan sejumlah pesan atau wasiat kepada putrinya Yenny Wahid. Salah satu pesan adalah meminta Yenny menjaga nama baik Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Nahdlatul Ulama (NU).
"Saya dan suami diminta untuk membenahi dan membuat bersih PKB dan NU," kata Yenny dalam perbincangan dengan VIVAnews, Jumat, 1 Januari 2010.
Sebelum meninggal, kata Yenny, Gus Dur menitip pesan bahwa seorang pemimpin harus mengabdi pada kepentingan masyarakat. Pemimpin tak boleh mencari keuntungan pribadi. Kebijakan seorang pemimpin harus berpegang pada kesejahteraan masyarakat yang dipimpinnya. "Berpolitik jangan pamrih atau berorientasi jabatan," ujarnya.
Yenny Wahid dengan nama lengkap Arifah Chafsoh Rahman memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Gus Dur. Tak heran jika, ia dan suaminya sangat terguncang dengan kepergian Gus Dur.
Gus Dur meninggal dunia pada 30 Desember 2009 akibat komplikasi penyakit yang dideritanya. Gus Dur meninggal di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dengan meninggalkan seorang isteri dan empat putri. Gus Dur merupakan sosok penting bagi perjalanan politik kaum NU. Gus Dur memfasilitasi warga NU dengan membangun partai politik bernama PKB.
Post a Comment