Demikian menurut Menteri Lingkungan Inggris, Hilary Benn, saat masyarakat internasional mengusahakan komitmen yang serius dalam mengantisipasi pemanasan global dalam Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim di Copenhagen, Denmark.
Seperti dikutip dari laman harian The Telegraph, Senin 14 Desember 2009, Benn mengatakan, polusi sudah sangat berdampak buruk pada dua pertiga wilayah dunia yang dilingkupi lautan. Dia menjelaskan, karbon dioksida diserap lebih cepat oleh Bumi dibanding 21 juta tahun lalu, sehingga menyebabkan peningkatan keasaman air laut.
Proses tersebut melarutkan cangkang dan tulang para penghuni laut dan akan membahayakan seluruh ekosistem.
"Kenapa kita harus mencemaskan hal ini?" tanya Benn. "Ini karena kehidupan laut terpengaruh karena perubahan itu, khususnya hewan dan tumbuhan yang memiliki tulang karbonat kalsium dan yang menjadi sumber makanan bagi penghuni laut lainnya. Satu miliar orang yang bergantung pada ikan sebagai sumber utama penghasil protein, itulaj yang harus kita khawatirkan," terang Benn.
Komentar Benn ini menyusul laporan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang memperingatkan bahwa peningkatan keasaman adalah bom waktu di bawah laut, yang tidak bisa diperbarui dalam waktu kurang dari puluhan ribu tahun.
Laporan PBB memprediksi 70 persen koral air dingin bisa terekspos menjadi air korosif (bersifat mengikis) pada tahun 2100. Laporan tersebut dirilis di pertemuan Kopenhagen sebagai faktor penekan bagi para pemimpin negara untuk mengurangi kadar karbon dioksida dari mobil dan pabrik.
Lautan menyediakan setengah dari sumber alami dunia, termasuk makanan, dan menyerap seperempat emisi karbon dioksida per tahun. Jepang, Prancis, dan Inggris secara berturut-turut menjadi negara yang paling rentan terhadap dampak peningkatan keasaman laut.
Post a Comment