Home » » Presiden: Indonesia Bisa Jadi Pusat Perbankan Syariah

Presiden: Indonesia Bisa Jadi Pusat Perbankan Syariah

Written By admin on Friday, March 6, 2009 | 10:52 AM

Perbankan syariah dinilai dapat menjadi harapan di tengah krisis ekonomi global yang melanda berbagai negara di dunia. Pasalnya, saat ini perbankan Islam tidak terpengaruh terhadap krisis yang tengah berlangsung.

"Perbankan Islam harus mengambil posisi terdepan karena tidak terpengaruh krisis," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat memberi sambutan dalam pembukaan Forum Ekonomi Islam Dunia (WIEF) Kelima di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Senin (2/3).

Presiden mengatakan, saat ini banyak negara Barat yang siap menerima perbankan syariah karena bank syariah tidak memasukkan aset berbahaya dalam investasi dan tidak ada resiko. "Di Barat, bank syariah harus menjadi misionaris karena negara Barat mulai menerima bank syariah," tutur Presiden.

Sementara itu, di Indonesia, kata Presiden, industri perbankan syariah tumbuh dari tahun ke tahun. Bahkan, sukuk ritel yang dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia banyak diterima investor. Presiden berharap Indonesia bisa menjadi pusat keuangan Syariah pada masa mendatang.

"Kita berharap Indonesia bisa menjadi pusat ekonomi syariah pada masa yang akan datang. Kami mengundang investor untuk masuk di sektor ini," tuturnya.

Indonesia Miliki Lembaga Keuangan Syariah Terbanyak Se-Dunia

Meski bergerak lambat dalam perkembangan ekonomi syariah, saat ini Indonesia menjadi negara dengan jumlah bank dan lembaga keuangan yang berlandaskan sistem syariah terbanyak di dunia.

"Hal ini terbukti dengan hadirnya 33 bank, 46 lembaga asuransi, dan 17 mutual fund yang menganut sistem syariah," kata pakar ekonomi syariah sekaligus Direktur Tazkia Institute Dr Syafi’i Antonio pada seminar "Rekonstruksi Pemikiran Ekonomi Syariah dan Implementasinya" di Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, Rabu, seperti ditulis situs web Unpad.

Dikatakan, lambatnya pergerakan perkembangan ekonomi syariah di Indonesia disebabkan adanya dualisme antara kaum ulama dan para ekonom yang sibuk pada bidangnya masing-masing.

Ulama hanya bergaul pada masalah akidah, ibadah, munakalah, dan jinayah, sedangkan pengetahuan mengenai mualamah dan transaksi bisnis sangat minim. "Sementara para ekonom, ahli di bidang fiskal, moneter, dan masalah finansial lainnya minim mempelajari syariah," kata Dr. Syafi’i Antonio di hadapan Rektor Unpad Prof Dr Ir Ganjar Kurnia, DEA dan unsur pimpinan Unpad, para guru besar, dan mahasiswa.

Penulis 12 buku perbankan dan leadership dan komite ahli Bank Indonesia itu memaparkan materi berjudul "Islamic Finance, Global Development, Local Challenges, and HRD Opportunities".

Masalah tersebut, kata Syafi’i Antonio belum ditambah dengan kurangnya keberanian Indonesia mendirikan bank Islam. Padahal, Indonesia disebut-sebut sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia. "Hal ini berbeda dengan yang dilakukan Inggris. Negara dengan minoritas umat Muslim itu justru berani mendirikan Islamic Bank of Britain", ucapnya.

Inggris berani mencantumkan secara eksplisit kata "Islamic" sebagai representasi lembaga keuangan dengan sistem syariah yang mengharamkan riba di dalamnya.

Sementara Indonesia masih ketakutan mencantumkan kata tersebut dan hanya berani menggunakan kata "syariah". Meski Bank Indonesia telah memiliki Islamic Bank, tetapi kata itu masih diterjemahkan sebagai bank syariah.

Tantangan yang perlu dihadapi Indonesia ke depan adalah menggerakkan bank syariah menjadi bank Islam. Pergerakan inilah, menurut Syafi’i, menjadi faktor yang sangat penting agar Indonesia dapat keluar dari permasalahan besar, yaitu rendahnya penghasilan masyarakat.

"Jika pendapatan rendah, nutrisi masyarakat akan terganggu yang berakibat pada munculnya beragam penyakit. Jika masyarakat sudah rentan terhadap penyakit maka produktivitas menjadi rendah yang lagi-lagi berakibat pada minimnya pendapatan," katanya.

Diakuinya, meski banyak bank berlogo syariah, dalam kenyataannya belum mampu menghidupkan sektor perekonomian masyarakat kecil. "Dinamakan syariah, apabila rukun dan syarat Islam terpenuhi. Namun, apabila masih melupakan pengusaha kecil dan hanya membantu pengusaha kaya, bukan Islam namanya," kata Syafi’i Antonio.
Share this article :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. BERITA -BERITA PILIHAN - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger